Hampir
semua orang yang pernah tinggal di Yogyakarta pasti tahu Selokan
Mataram. Terletak diutara kota Yogyakarta. Rupanya selokan atau kanal ini
memiliki sejarah yang lumayan
panjang. Maka tidak ada salahnya berbagi kisah mengenai Selokan fenomenal ini.
Saluran Mataram adalah kanal irigasi yang menghubungkan Kali Progo di barat dan Sungai Opak di timur. Masyarakat lebih mengenal nama populernya, Selokan Mataram. Selokan Mataram ini terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta dan menjadi bagian dari Jaringan Saluran Induk Mataram.
Sebelum saluran-saluran tersebut dibangun, Yogyakarta adalah kawasan
gersang dengan hasil pertanian yang sangat minim. Pengairan lahan pertanian di
masa itu hanya mengandalkan air hujan karena minimnya sumber air alami. Sungai
dan kali yang membelah kawasan inti Kerajaan Mataram saat itu, seperti Kali
Code, Kali Gajah Wong dan Kali Winongo, sulit diandalkan. Salah satunya adalah
karena umumnya bentuk kali yang curam. Posisi aliran air seolah di dasar jurang
aliran sungai, padahal kawasan dataran yang memungkinkan untuk dijadikan lahan pertanian
berada jauh di atasnya.
Pada masa pemerintahan Sri
Sultan Hamengkubuwana VIII, di wilayah Yogyakarta banyak berdiri pabrik gula,
berjumlah 17 pabrik. Dengan berkembangnya pabrik-pabrik tersebut maka kemudian
dibangun sarana-sarana pengairan (irigasi) di wilayah Yogyakarta Pemerintah Kerajaan Belanda yang menguasai
Tanah Air di masa itu membangun saluran Van der Wicjk pada tahun 1909 di
kawasan yang saat ini masuk ke dalam Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman.
Saluran Van der Wicjk dibangun untuk mengairi lahan perkebunan tebu sebagai
penunjang industri gula di kawasan Madukismo, Kabupaten Bantul. Keberadaan
saluran ini tidak banyak membantu masyarakat petani Yogyakarta yang berlokasi
jauh dari saluran tersebut. Sebagian besar lahan pertanian di Yogyakarta saat
itu masih bersifat tadah hujan. Salah satu tindakan yang mengukuhkan Sri
Sultan HB IX sebagai pemegang Tahta Untuk Rakyat, yaitu peranan beliau dalam
penempatan tenaga kerja romusha di wilayah Yogyakarta. Pada masa penjajahan
Jepang, tenaga romusha disalurkan ke luar Pulau Jawa untuk mengerjakan
proyek-proyek pembangunan sarana transportasi, pertanian dan perkebunan untuk
kepentingan pemenangan perang bagi pihak Jepang. Sri Sultan HB IX dengan
pengaruhnya yang besar terhadap pemerintahan Jepang, mengusulkan agar romusha
dari wilayah Yogyakarta dapat mengerjakan proyrk-proyek di wilayah Yogyakarta
sendiri. Selain itu, Sri Sultan HB IX mengusulkan proyek pembangunan saluran
irigasi yang menghubungkan Sungai Progo dan Sungai Opak.
Jepang yang berhasil mengalahkan pendudukan Belanda di Indonesia pada
pertengahan 1940an pun mulai membangun berbagai infrastruktur yang dapat
menunjang kebutuhan perang yang sedang panas-panasnya melawan Amerika Serikat
saat itu. Kita mengenalnya sebagai kerja paksa yang pekerjanya disebut Romusa.
Kebijakan kerja paksa oleh Jepang diterapkan di seluruh kawasan
jajahannya di Tanah Air, termasuk Yogyakarta. Sri Sultan Hamengku Buwono IX
sebagai Raja Mataram (Yogyakarta) saat itu pun berpikir keras agar rakyatnya
terlindungi dari kebijakan pengiriman rakyatnya sebagai romusa di luar area
kekuasaan kerajaan. Sekalipun harus bekerja paksa, setidaknya dilakukan di
kawasan kerajaan Yogyakarta dan hasilnya dapat dirasakan oleh rakyat.
Ternyata usulan Sri Sultan
disetujui Jepang dan
terbebaslah warga Yogyakarta untuk
ikut Romusha, melainkan dialihkan untuk
membangun saluran air yang sebenarnya untuk kemakmuran warga juga. menurut
legenda juga diceritakan bahwa Sunan
Kalijaga pernah berujar bahwa Yogyakarta bisa
makmur jika Kali Pogo dan Sungai
Opak bersatu. Hal tersebut mungkin ada
benarnya, namun kedua sungai itu bukan bersatu secara alami melainkan disatukan
dengan saluran air. Kenyataannya, warga Yogyakarta sekarang
lebih makmur daripada sebelum adanya Selokan Mataram dan selokan itu telah
mengairi ribuan hektar lahan pertanian yang
sampai saat ini masih menghijau pada saat musim kemarau
Mungkin karena teringat oleh petuah Sunan Kalijaga bahwa Kerajaan
Mataram akan sejahtera bila Kali Progo di Barat disatukan dengan Kali Opak di
Timur, bahwa wilayah Yogyakarta akan makmur apabila sungai Progo
dikawinkan dengan sungai Opak . Hal lain yang dilakukan Sri Sultan HB IX adalah
memanipulasi data tentang kemakmuran wilayah Yogyakarta dengan cara menyebutkan
bahwa kondisi penduduk dan areal pertanian nya sangat memprihatinkan karena
masalah pengairan. Sehingga jika ada sarana pengairan maka hasil pertanian akan
melimpah dan dapat memberikan kontribusi penting bagi Jepang. Berdasarkan
hal-hal tersebut di atas, kemudian pemerintah Jepang menyetujui dibangunnya
sarana pengairan tersebut yang nantinya dikenal dengan nama Selokan Mataram,
sehingga hal ini menyelamatkan atau mengurangi penderitaan dan korban jiwa pada
para pekerja romusha dan memberikan manfaat yang besar bagi kemajuan wilayah
Yogyakarta. Selokan Mataram dibanguan tahun 1944, sepanjang 30,8 km dan mengairi
areal pertanian seluas 15.734 ha. Saluran ini berhulu di selokan Van Der Wijck
yaitu di dusun Macanan, Desa Bligo, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang.maka tercetus oleh Sri Sultan untuk membangun
saluran yang menghubungkan kedua sungai tersebut. Ide tersebut diterima oleh
Jepang karena dianggap dapat menjadi saluran irigasi yang mendukung peningkatan
produksi pertanian sehingga mampu menunjang kebutuhan logistik selama
peperangan. Di masa pendudukan Jepang, Selokan Mataram yang membentang
sepanjang sekitar 31,2 km tersebut dibangun dan lebih dikenal sebagai Kanal
Yoshiro. Namun lambat laun, masyarakat menyebutnya sebagai Selokan Mataram
seperti yang kita kenal sekarang.
Renovasi yang pernah dilakukan, pertama tahun 1950, yang terakhir tahun 1980 oleh Departemen Pekerjaan Umun yang memperbaiki talud selokan di bagian hulu sepanjang 10 km.
Renovasi yang pernah dilakukan, pertama tahun 1950, yang terakhir tahun 1980 oleh Departemen Pekerjaan Umun yang memperbaiki talud selokan di bagian hulu sepanjang 10 km.
Bila kita berjalan-jalan
ke Yogyakarta, misalnya ke kawasan kampus di Bulaksumur atau Babarsari, Sleman,
kita akan melihat sebuah saluran air yang mengalir dari barat ke timur. Saluran
air mirip kali yang hanya selebar sekitar dua meter tersebut bisa kita lihat
tepat misalnya di depan warung makan SGPC yang kesohor itu. Itu adalah Selokan
Mataram yang memiliki nilai sejarah dan berperan penting bagi pertanian
Yogyakarta. Mungkin ada diantara kalian yang bingung kenapa Selokan Mataram tidak di dalamkan agar airnya tidak meluap, yah beginilah sebabnya karena di dasar Selokan Mataram sudah diberi batu bata, Woow, Jika anda menyusuri selokan mataram coba lihat dehh, selokkannya mengikuti jalan woow, walaupun di bawahnya ada sungai selokan mataram tetap mengalir di jalurnya, woow
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Saluran_Mataram , http://jogjaicon.blogspot.com/2011/02/selokan-mataram-yogyakarta-sejarah-dan.html , http://sosbud.kompasiana.com/2012/01/11/selokan-mataram-urat-nadi-yang-sekarat/ *dengan perubahan seperlunya
mampir jg ya di blog ane
BalasHapusrizalcyber4rt.blogspot.com
Siap, gan...
Hapus