muter

Laman

Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Kami mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

(( مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ

“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)“.

HR Ibnu Majah (no. 4105), Ahmad (5/183), ad-Daarimi (no. 229), Ibnu Hibban (no. 680) dan lain-lain dengan sanad yang shahih, dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, al-Bushiri dan syaikh al-Albani.

Kamis, 07 Maret 2013

Tentang Selokan Mataram






Hampir semua orang yang pernah tinggal di Yogyakarta pasti tahu Selokan Mataram. Terletak diutara kota Yogyakarta. Rupanya selokan atau kanal ini memiliki sejarah yang lumayan panjang. Maka tidak ada salahnya berbagi kisah mengenai Selokan fenomenal ini.

Saluran Mataram adalah kanal irigasi yang menghubungkan Kali Progo di barat dan Sungai Opak di timur. Masyarakat lebih mengenal nama populernya, Selokan Mataram. Selokan Mataram ini terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta dan menjadi bagian dari Jaringan Saluran Induk Mataram.

Selokan Mataram merupakan salah satu saluran air buatan dalam Jaringan Saluran Induk Mataram (JSIM). Selain Selokan Mataram, JSIM juga terdiri atas Saluran Induk Karang Talun (3 km) dan Saluran Van der Wicjk (17 km). Seperti namanya, ketiga saluran ini adalah saluran induk yang dibuat untuk mengairi lahan pertanian terutama di bagian utara Yogyakarta agar dapat berproduksi sepanjang tahun. Dari saluran-saluran induk tersebut, petani membuat saluran-saluran kecil yang mengalirkan air irigasi menuju sawah dan ladang mereka.
Sebelum saluran-saluran tersebut dibangun, Yogyakarta adalah kawasan gersang dengan hasil pertanian yang sangat minim. Pengairan lahan pertanian di masa itu hanya mengandalkan air hujan karena minimnya sumber air alami. Sungai dan kali yang membelah kawasan inti Kerajaan Mataram saat itu, seperti Kali Code, Kali Gajah Wong dan Kali Winongo, sulit diandalkan. Salah satunya adalah karena umumnya bentuk kali yang curam. Posisi aliran air seolah di dasar jurang aliran sungai, padahal kawasan dataran yang memungkinkan untuk dijadikan lahan pertanian berada jauh di atasnya.
Pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwana VIII, di wilayah Yogyakarta banyak berdiri pabrik gula, berjumlah 17 pabrik. Dengan berkembangnya pabrik-pabrik tersebut maka kemudian dibangun sarana-sarana pengairan (irigasi) di wilayah Yogyakarta Pemerintah Kerajaan Belanda yang menguasai Tanah Air di masa itu membangun saluran Van der Wicjk pada tahun 1909 di kawasan yang saat ini masuk ke dalam Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman. Saluran Van der Wicjk dibangun untuk mengairi lahan perkebunan tebu sebagai penunjang industri gula di kawasan Madukismo, Kabupaten Bantul. Keberadaan saluran ini tidak banyak membantu masyarakat petani Yogyakarta yang berlokasi jauh dari saluran tersebut. Sebagian besar lahan pertanian di Yogyakarta saat itu masih bersifat tadah hujan. Salah satu tindakan yang mengukuhkan Sri Sultan HB IX sebagai pemegang Tahta Untuk Rakyat, yaitu peranan beliau dalam penempatan tenaga kerja romusha di wilayah Yogyakarta. Pada masa penjajahan Jepang, tenaga romusha disalurkan ke luar Pulau Jawa untuk mengerjakan proyek-proyek pembangunan sarana transportasi, pertanian dan perkebunan untuk kepentingan pemenangan perang bagi pihak Jepang. Sri Sultan HB IX dengan pengaruhnya yang besar terhadap pemerintahan Jepang, mengusulkan agar romusha dari wilayah Yogyakarta dapat mengerjakan proyrk-proyek di wilayah Yogyakarta sendiri. Selain itu, Sri Sultan HB IX mengusulkan proyek pembangunan saluran irigasi yang menghubungkan Sungai Progo dan Sungai Opak.
Jepang yang berhasil mengalahkan pendudukan Belanda di Indonesia pada pertengahan 1940an pun mulai membangun berbagai infrastruktur yang dapat menunjang kebutuhan perang yang sedang panas-panasnya melawan Amerika Serikat saat itu. Kita mengenalnya sebagai kerja paksa yang pekerjanya disebut Romusa.
Kebijakan kerja paksa oleh Jepang diterapkan di seluruh kawasan jajahannya di Tanah Air, termasuk Yogyakarta. Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Raja Mataram (Yogyakarta) saat itu pun berpikir keras agar rakyatnya terlindungi dari kebijakan pengiriman rakyatnya sebagai romusa di luar area kekuasaan kerajaan. Sekalipun harus bekerja paksa, setidaknya dilakukan di kawasan kerajaan Yogyakarta dan hasilnya dapat dirasakan oleh rakyat.
Ternyata usulan Sri Sultan disetujui Jepang dan terbebaslah warga Yogyakarta untuk ikut Romusha, melainkan dialihkan untuk membangun saluran air yang sebenarnya untuk kemakmuran warga juga. menurut legenda juga diceritakan bahwa Sunan Kalijaga pernah berujar bahwa Yogyakarta bisa makmur jika Kali Pogo dan Sungai Opak bersatu. Hal tersebut mungkin ada benarnya, namun kedua sungai itu bukan bersatu secara alami melainkan disatukan dengan saluran air. Kenyataannya, warga Yogyakarta sekarang lebih makmur daripada sebelum adanya Selokan Mataram dan selokan itu telah mengairi ribuan hektar lahan pertanian yang sampai saat ini masih menghijau pada saat musim kemarau
Mungkin karena teringat oleh petuah Sunan Kalijaga bahwa Kerajaan Mataram akan sejahtera bila Kali Progo di Barat disatukan dengan Kali Opak di Timur, bahwa wilayah Yogyakarta akan makmur apabila sungai Progo dikawinkan dengan sungai Opak . Hal lain yang dilakukan Sri Sultan HB IX adalah memanipulasi data tentang kemakmuran wilayah Yogyakarta dengan cara menyebutkan bahwa kondisi penduduk dan areal pertanian nya sangat memprihatinkan karena masalah pengairan. Sehingga jika ada sarana pengairan maka hasil pertanian akan melimpah dan dapat memberikan kontribusi penting bagi Jepang. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, kemudian pemerintah Jepang menyetujui dibangunnya sarana pengairan tersebut yang nantinya dikenal dengan nama Selokan Mataram, sehingga hal ini menyelamatkan atau mengurangi penderitaan dan korban jiwa pada para pekerja romusha dan memberikan manfaat yang besar bagi kemajuan wilayah Yogyakarta. Selokan Mataram dibanguan tahun 1944, sepanjang 30,8 km dan mengairi areal pertanian seluas 15.734 ha. Saluran ini berhulu di selokan Van Der Wijck yaitu di dusun Macanan, Desa Bligo, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang.maka tercetus oleh Sri Sultan untuk membangun saluran yang menghubungkan kedua sungai tersebut. Ide tersebut diterima oleh Jepang karena dianggap dapat menjadi saluran irigasi yang mendukung peningkatan produksi pertanian sehingga mampu menunjang kebutuhan logistik selama peperangan. Di masa pendudukan Jepang, Selokan Mataram yang membentang sepanjang sekitar 31,2 km tersebut dibangun dan lebih dikenal sebagai Kanal Yoshiro. Namun lambat laun, masyarakat menyebutnya sebagai Selokan Mataram seperti yang kita kenal sekarang.
Renovasi yang pernah dilakukan, pertama tahun 1950, yang terakhir tahun 1980 oleh Departemen Pekerjaan Umun yang memperbaiki talud selokan di bagian hulu sepanjang 10 km.
Bila kita berjalan-jalan ke Yogyakarta, misalnya ke kawasan kampus di Bulaksumur atau Babarsari, Sleman, kita akan melihat sebuah saluran air yang mengalir dari barat ke timur. Saluran air mirip kali yang hanya selebar sekitar dua meter tersebut bisa kita lihat tepat misalnya di depan warung makan SGPC yang kesohor itu. Itu adalah Selokan Mataram yang memiliki nilai sejarah dan berperan penting bagi pertanian Yogyakarta. Mungkin ada diantara kalian yang bingung kenapa Selokan Mataram tidak di dalamkan agar airnya tidak meluap, yah beginilah sebabnya karena di dasar Selokan Mataram sudah diberi batu bata, Woow, Jika anda menyusuri selokan mataram coba lihat dehh, selokkannya mengikuti jalan woow, walaupun di bawahnya ada sungai selokan mataram tetap mengalir di jalurnya, woow


















Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Saluran_Mataram , http://jogjaicon.blogspot.com/2011/02/selokan-mataram-yogyakarta-sejarah-dan.html , http://sosbud.kompasiana.com/2012/01/11/selokan-mataram-urat-nadi-yang-sekarat/ *dengan perubahan seperlunya
Radio Rodja 756AM