1. Anda terlalu bertele-tele. Terlalu lama untuk mengatakan apa yang Anda inginkan akan membuat pasangan anda bosan.
2. Memonopoli percakapan. Pembicaraan satu arah tanpa memberikan
kesempatan untuk berbicara hanya akan membuatnya memalingkan wajah.
3. Membicarakan hal-hal yang menyatakan kritikan, menghina, mengintimidasi, meremehkan, dan tidak menghormati pasangan akan membuat suami Anda defensif atau menutup diri.
4. Memanipulasi obrolan. Jika ini dilakukan maka dia akan ragu terhadap
semua yang nantinya akan Anda bicarakan. Katakan sebenarnya apa yang
Anda maksud.
5. Berbicara seperti khotbah, ceramah atau seperti
dosen yang sedang memberi kuliah hanya membuat pasangan merasa digurui.
Berhentilah bersikap seperti itu.
6. Mengomentari dengan kata yang
sama berulang ulang. Ketika pasangan Anda meminta komentar tentang
barang yang baru ia beli atau apa yang sedang ia kerjakan dan Anda
menjawabnya hanya dengan "bagus" atau "baik", ini akam membuat pasangan
berpikir lagi untuk meminta komentar Anda.
7. Bicara pada kondisi
atau situasi yang tepat. Anda tidak akan mendapatkan perhatiannya secara
utuh ketika dia sedang sibuk melakukan hal lain, misalnya suami sedang
asyik di depan komputer untuk menyelesaikan pekerjaannya. Beritahu suami
bahwa Anda ingin bicara, jangan ceberut terlebih dahulu!
9. Anda tidak mau mendengarkannya. Sikap semacam ini tentu akan membuat suami Anda jarang untuk mau mendengarkan.
-sumber majalah sakinah vol.12 no.07
muter
Laman
Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Kami mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
(( مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ
“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)“.
HR Ibnu Majah (no. 4105), Ahmad (5/183), ad-Daarimi (no. 229), Ibnu Hibban (no. 680) dan lain-lain dengan sanad yang shahih, dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, al-Bushiri dan syaikh al-Albani.
(( مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ
“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)“.
HR Ibnu Majah (no. 4105), Ahmad (5/183), ad-Daarimi (no. 229), Ibnu Hibban (no. 680) dan lain-lain dengan sanad yang shahih, dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, al-Bushiri dan syaikh al-Albani.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar