Valentine sebentar lagi, hadiah apa yang sudah kamu siapkan kepada dia? tak
perlu mahal, yang penting hadiah itu kamu buat sespesial mungkin. Nah,
bagaimana caranya?
Apakah
dengan menulis cerita cinta atau syair-syair cinta kepadanya? Atau dengan
mengabadikan foto atau video dengannya? Atau dengan hadiah cokelat dan bunga
untuknya?
Sebelum kamu melakukan itu semua, jadikan tips dibawah ini sebagai kado
valentine untuknya agar apa yang kamu lakukan jauh lebih berkesan sebelumnya
dan very very romanticeeee….! luph uuu…
Alhamdulillahilladzi hamdan katsiron thoyyiban mubarokan fih kama yuhibbu
robbuna wa yardho. Allahumma sholli ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa
shohbihi wa sallam.
Banyak kalangan pasti sudah mengenal hari valentine (bahasa Inggris:
Valentine’s Day). Hari tersebut dirayakan sebagai suatu perwujudan cinta kasih
seseorang. Perwujudan yang bukan hanya untuk sepasang muda-mudi yang sedang
jatuh cinta. Namun, hari tersebut memiliki makna yang lebih luas lagi. Di
antaranya kasih sayang antara sesama, pasangan suami-istri, orang tua-anak,
kakak-adik dan lainnya. Sehingga valentine’s day biasa disebut pula dengan hari
kasih sayang.
Sungguh
ironis memang kondisi umat Islam saat ini. Sebagian orang mungkin sudah
mengetahui kenyataan sejarah di atas. Seolah-olah mereka menutup mata dan
menyatakan boleh-boleh saja merayakan hari valentine yang cikal bakal
sebenarnya adalah ritual paganisme. Sudah sepatutnya kaum muslimin berpikir,
tidak sepantasnya mereka merayakan hari tersebut setelah jelas-jelas nyata
bahwa ritual valentine adalah ritual non muslim bahkan bermula dari ritual
paganisme.
Selanjutnya
kita akan melihat berbagai kerusakan yang ada di hari Valentine.
Asal Usul Hari Valentine
Sebenarnya ada banyak versi yang tersebar berkenaan dengan asal-usul
Valentine’s Day. Namun, pada umumnya kebanyakan orang mengetahui tentang
peristiwa sejarah yang dimulai ketika dahulu kala bangsa Romawi
memperingati suatu hari besar setiap tanggal 15 Februari yang dinamakan
Lupercalia. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di
masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk
dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini,
para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda
mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi
pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan obyek
hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia
dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan
kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan
itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.
Ketika agama
Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para
tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan
nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama
Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan
Paus Gregory I (The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity).
Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius
I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan
nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan
mati pada 14 Februari (The World Book Encyclopedia 1998).
Kaitan Hari Kasih Sayang dengan Valentine
The Catholic
Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama
Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan
sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada
penjelasan siapa “St. Valentine” yang dimaksud, juga dengan kisahnya yang
tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan
cerita yang berbeda.
Menurut
versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan
memenjarakan St. Valentine karena menyatakan Tuhannya adalah Isa Al-Masih
dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang
mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali
penjaranya.
Versi kedua
menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan
lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan daripada orang yang menikah.
Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine
melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun
ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (The World Book
Encyclopedia, 1998).
Versi lainnya menceritakan bahwa sore hari sebelum Santo Valentinus
akan gugur sebagai martir (mati sebagai pahlawan karena memperjuangkan
kepercayaan), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya
kepada sipir penjaranya yang tertulis “Dari Valentinusmu”. (Sumber
pembahasan di atas: http://id.wikipedia.org/ dan lain-lain)
Dari
penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan:
1.
Valentine’s Day
berasal dari upacara keagamaan Romawi Kuno yang penuh dengan paganisme dan
kesyirikan.
2.
Upacara
Romawi Kuno di atas akhirnya dirubah menjadi hari perayaan gereja dengan
nama Saint Valentine’s Day atas inisiatif Paus Gelasius I. Jadi acara
valentine menjadi ritual agama Nashrani yang dirubah peringatannya
menjadi tanggal 14 Februari, bertepatan dengan matinya St. Valentine.
3.
Hari
valentine juga adalah hari penghormatan kepada tokoh nashrani yang dianggap
sebagai pejuang dan pembela cinta.
4.
Pada
perkembangannya di zaman modern saat ini, perayaan valentine disamarkan dengan
dihiasi nama “hari kasih sayang”.
Sungguh
ironis memang kondisi umat Islam saat ini. Sebagian orang mungkin sudah
mengetahui kenyataan sejarah di atas. Seolah-olah mereka menutup mata dan
menyatakan boleh-boleh saja merayakan hari valentine yang cikal bakal
sebenarnya adalah ritual paganisme. Sudah sepatutnya kaum muslimin
berpikir, tidak sepantasnya mereka merayakan hari tersebut setelah
jelas-jelas nyata bahwa ritual valentine adalah ritual non muslim bahkan
bermula dari ritual paganisme.
Selanjutnya
kita akan melihat berbagai kerusakan yang ada di hari Valentine.
Kerusakan Pertama: Merayakan Valentine Berarti Meniru-niru Orang Kafir
Agama Islam telah melarang kita meniru-niru orang kafir (baca:
tasyabbuh). Larangan ini terdapat dalam berbagai ayat, juga dapat
ditemukan dalam beberapa sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan hal ini juga merupakan kesepakatan para ulama (baca: ijma’). Inilah
yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab beliau Iqtidho’
Ash Shiroth Al Mustaqim (Ta’liq: Dr. Nashir bin ‘Abdil Karim Al ‘Aql,
terbitan Wizarotusy Syu’un Al Islamiyah).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan
agar kita menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani. Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ
الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى لاَ يَصْبُغُونَ ، فَخَالِفُوهُمْ
“Sesungguhnya orang Yahudi dan Nashrani tidak mau merubah uban, maka
selisihlah mereka.” (HR.
Bukhari no. 3462 dan Muslim no. 2103) Hadits ini menunjukkan kepada kita
agar menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani secara umum dan di antara
bentuk menyelisihi mereka adalah dalam masalah uban. (Iqtidho’, 1/185)
Dalam hadits lain, Rasulullah menjelaskan secara umum supaya kita tidak
meniru-niru orang kafir. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari
mereka.” (HR.
Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ [hal.
1/269] mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaiman dalam Irwa’ul Gholil no.
1269). Telah jelas di muka bahwa hari Valentine adalah perayaan
paganisme, lalu diadopsi menjadi ritual agama Nashrani. Merayakannya
berarti telah meniru-niru mereka.
Kerusakan Kedua: Menghadiri Perayaan Orang Kafir Bukan Ciri Orang Beriman
Allah Ta’ala
sendiri telah mencirikan sifat orang-orang beriman. Mereka adalah
orang-orang yang tidak menghadiri ritual atau perayaan orang-orang
musyrik dan ini berarti tidak boleh umat Islam merayakan perayaan agama
lain semacam valentine. Semoga ayat berikut bisa menjadi renungan bagi
kita semua.
Allah Ta’ala
berfirman,
وَالَّذِينَ
لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
“Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila
mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan
yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan
dirinya.”(QS. Al
Furqon [25]: 72)
Ibnul Jauziy dalam Zaadul Maysir mengatakan bahwa ada
8 pendapat mengenai makna kalimat “tidak menyaksikan perbuatan
zur”, pendapat yang ada ini tidaklah saling bertentangan karena
pendapat-pendapat tersebut hanya menyampaikan macam-macam perbuatan zur.
Di antara pendapat yang ada mengatakan bahwa “tidak menyaksikan perbuatan
zur” adalah tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Inilah yang
dikatakan oleh Ar Robi’ bin Anas.
Jadi, ayat di atas adalah pujian untuk orang yang tidak menghadiri
perayaan orang musyrik. Jika tidak menghadiri perayaan tersebut adalah
suatu hal yang terpuji, maka ini berarti melakukan perayaan tersebut
adalah perbuatan yang sangat tercela dan termasuk ‘aib (Lihat Iqtidho’,
1/483). Jadi, merayakan Valentine’s Day bukanlah ciri orang beriman
karena jelas-jelas hari tersebut bukanlah hari raya umat Islam.
Kerusakan Ketiga: Mengagungkan Sang Pejuang Cinta Akan Berkumpul Bersamanya
di Hari Kiamat Nanti
Jika orang
mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan keutamaan berikut ini.
Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada Nabishallallahu
‘alaihi wa sallam,
مَتَّى
السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ
“Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
مَا
أَعْدَدْتَ لَهَا
“Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”
Orang
tersebut menjawab,
مَا
أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلاَةٍ وَلاَ صَوْمٍ وَلاَ صَدَقَةٍ ، وَلَكِنِّى
أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
“Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan
banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku
persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
أَنْتَ مَعَ
مَنْ أَحْبَبْتَ
“(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain di Shohih Bukhari, Anas mengatakan,
فَمَا
فَرِحْنَا بِشَىْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – «
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ » . قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ –
صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ
مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ
أَعْمَالِهِمْ
“Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami
ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man
ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).”
Anas pun
mengatakan,
فَأَنَا
أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ،
وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ
أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
“Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu
Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena
kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan
mereka.”
Bandingkan, bagaimana jika yang dicintai dan diagungkan adalah
seorang tokoh Nashrani yang dianggap sebagai pembela dan pejuang cinta di
saat raja melarang menikahkan para pemuda. Valentine-lah sebagai pahlawan
dan pejuang ketika itu. Lihatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam di atas: “Kalau begitu engkau bersama dengan
orang yang engkau cintai”. Jika Anda seorang muslim, manakah yang Anda
pilih, dikumpulkan bersama orang-orang sholeh ataukah bersama tokoh
Nashrani yang jelas-jelas kafir?
Siapa yang
mau dikumpulkan di hari kiamat bersama dengan orang-orang kafir[?] Semoga
menjadi bahan renungan bagi Anda, wahai para pengagum Valentine!
Kerusakan Keempat: Ucapan Selamat Berakibat Terjerumus Dalam Kesyirikan dan
Maksiat
“Valentine”
sebenarnya berasal dari bahasa Latin yang berarti: “Yang Maha Perkasa,
Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan
Lupercus, tuhan orang Romawi. (Dari berbagai sumber)
Oleh karena
itu disadari atau tidak, jika kita meminta orang menjadi “To be my
valentine (Jadilah valentineku)”, berarti sama dengan kita meminta orang
menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang
besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya
pemujaan kepada berhala.
Kami pun telah kemukakan di awal bahwa hari valentine jelas-jelas
adalah perayaan nashrani, bahkan semula adalah ritual paganisme. Oleh
karena itu, mengucapkan selamat hari kasih sayang atau ucapan selamat
dalam hari raya orang kafir lainnya adalah sesuatu yang diharamkan
berdasarkan kesepakatan para ulama (baca: ijma’ kaum muslimin),
sebagaimana hal ini dikemukakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam
kitabnya Ahkamu Ahlidz Dzimmah (1/441,Asy Syamilah).
Beliau rahimahullah mengatakan, “Adapun memberi ucapan selamat
pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti
mengucapkan selamat natal atau selamat hari valentine, pen) adalah
sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin.
Contohnya adalah memberi ucapan selamat pada hari raya dan puasa mereka
seperti mengatakan, ‘Semoga hari ini adalah hari yang berkah bagimu’,
atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan semacamnya. Kalau
memang orang yang mengucapkan hal ini bisa selamat dari kekafiran, namun
dia tidak akan lolos dari perkara yang diharamkan. Ucapan selamat hari
raya seperti ini pada mereka sama saja dengan kita mengucapkan selamat
atas sujud yang mereka lakukan pada salib, bahkan perbuatan seperti ini
lebih besar dosanya di sisi Allah. Ucapan selamat semacam ini lebih
dibenci oleh Allah dibanding seseorang memberi ucapan selamat pada orang
yang minum minuman keras, membunuh jiwa, berzina, atau ucapan selamat
pada maksiat lainnya.”
Kerusakan Kelima: Hari Kasih Sayang Menjadi Hari Semangat Berzina
Perayaan
Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran. Kalau di masa
Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat,
kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama,
maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai
dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga
penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan
semangat cinta kasih.
Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan
maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng
tangan, berpelukan, berciuman, bahkan hubungan seksual di luar nikah di
kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah
ungkapan rasa kasih sayang. Na’udzu billah min dzalik.
Padahal
mendekati zina saja haram, apalagi melakukannya. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا
تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’ [17]: 32)
Dalam Tafsir
Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada
perkataan ‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati
zina saja tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih
terlarang.
Kerusakan Keenam: Meniru Perbuatan Setan
Menjelang
hari Valentine-lah berbagai ragam coklat, bunga, hadiah, kado dan
souvenir laku keras. Berapa banyak duit yang dihambur-hamburkan ketika
itu. Padahal sebenarnya harta tersebut masih bisa dibelanjakan untuk
keperluan lain yang lebih bermanfaat atau malah bisa disedekahkan pada
orang yang membutuhkan agar berbuah pahala. Namun, hawa nafsu berkehendak
lain. Perbuatan setan lebih senang untuk diikuti daripada hal lainnya.
Itulah pemborosan yang dilakukan ketika itu mungkin bisa bermilyar-milyar
rupiah dihabiskan ketika itu oleh seluruh penduduk Indonesia, hanya demi
merayakan hari Valentine. Tidakkah mereka memperhatikan firman Allah,
وَلا
تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]: 26-27).
Maksudnya adalah mereka menyerupai setan dalam hal ini. Ibnu Mas’ud dan Ibnu
‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu
pada jalan yang keliru.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim)
Itulah
sebagian kerusakan yang ada di hari valentine, mulai dari paganisme,
kesyirikan, ritual Nashrani, perzinaan dan pemborosan. Sebenarnya, cinta
dan kasih sayang yang diagung-agungkan di hari tersebut adalah sesuatu
yang semu yang akan merusak akhlak dan norma-norma agama. Perlu diketahui
pula bahwa Valentine’s Day bukan hanya diingkari oleh pemuka Islam
melainkan juga oleh agama lainnya. Sebagaimana berita yang kami peroleh
dari internet bahwa hari Valentine juga diingkari di India yang mayoritas
penduduknya beragama Hindu. Alasannya, karena hari valentine dapat
merusak tatanan nilai dan norma kehidupan bermasyarakat. Kami katakan:
“Hanya orang yang tertutup hatinya dan mempertuhankan hawa nafsu saja
yang enggan menerima kebenaran.”
Oleh karena
itu, kami ingatkan agar kaum muslimin tidak ikut-ikutan merayakan hari
Valentine, tidak boleh mengucapkan selamat hari Valentine, juga tidak
boleh membantu menyemarakkan acara ini dengan jual beli, mengirim kartu,
mencetak, dan mensponsori acara tersebut karena ini termasuk tolong
menolong dalam dosa dan kemaksiatan. Ingatlah, Setiap orang haruslah
takut pada kemurkaan Allah Ta’ala. Semoga tulisan ini dapat
tersebar pada kaum muslimin yang lainnya yang belum mengetahui. Semoga
Allah memberi taufik dan hidayah kepada kita semua.
Fatwa Ulama mengenai hari Valentine
Valentine’s
Day sebenarnya, bersumber dari paganisme orang musyrik, penyembahan berhala dan
penghormatan pada pastor kuffar. Bahkan tak ada kaitannya dengan “kasih
sayang”, lalu kenapa kita masih juga menyambut Hari Valentine ? Adakah ia
merupakan hari yang istimewa? Adat? Atau hanya ikut-ikutan semata tanpa tahu
asal muasalnya?
“Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertangggung
jawabannya” (Al Isra’ : 36).
Sebelum kita
terjerumus pada budaya yang dapat menyebabkan kita tergelincir kepada
kemaksiatan maupun penyesalan, kita tahu bahwa acara itu jelas berasal dari
kaum kafir yang akidahnya berbeda dengan ummat Islam, sedangkan Rasulullah
bersabda: Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri Radiyallahu ‘anhu : Rasulullah
bersabda: “Kamu akan mengikuti sunnah orang-orang sebelum kamu sejengkal demi
sejengkal, sehasta demi sehasta. Sampai mereka masuk ke dalam lubang biawak kamu
tetap mengikuti mereka. Kami bertanya: Wahai Rasulullah, apakah yang kamu
maksudkan itu adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani? Rasulullah
bersabda: Kalau bukan mereka, siapa lagi?” ( HR. Bukhori dan Muslim ).
Pertanyaan :
Sebagian orang merayakan Yaum Al-Hubb (Hari Kasih Sayang) pada tanggal 14
Februari [bulan kedua pada kalender Gregorian kristen / Masehi] setiap tahun,
diantaranya dengan saling-menghadiahi bunga mawar merah. Mereka juga berdandan
dengan pakaian merah (merah jambu,red), dan memberi ucapan selamat satu sama
lain (berkaitan dengan hari tsb).
Beberapa
toko-toko gula-gula pun memproduksi manisan khusus – berwarna merah- dan yang
menggambarkan simbol hati/jantung ketika itu (simbol love/cinta, red).
Toko-tokopun tersebut mengiklankan yang barang-barang mereka secara khusus
dikaitkan dengan hari ini. Bagaimana pandangan syariah Islam mengenai hal
berikut :
1. Merayakan
hari valentine ini ?
2. Melakukan
transaksi pembelian pada hari valentine ini?
3. Transaksi
penjualan – sementara pemilik toko tidak merayakannya – dalam berbagai hal yang
dapat digunakan sebagai hadiah bagi yang sedang merayakan?
Semoga Allah
memberi Anda penghargaan dengan seluruh kebaikan !
Jawaban :
Bukti yang jelas terang dari Al Qur’an dan Sunnah – dan ini adalah yang
disepakati oleh konsensus ( Ijma’) dari ummah generasi awal muslim –
menunjukkan bahwa ada hanya dua macam Ied (hari Raya) dalam Islam : ‘ Ied
Al-Fitr (setelah puasa Ramadhan) dan ‘ Ied Al-Adha (setelah hari ‘ Arafah untuk
berziarah).
Maka seluruh
Ied yang lainnya – apakah itu adalah buatan seseorang, kelompok, peristiwa atau
even lain – yang diperkenalkan sebagai hari Raya / ‘Ied, tidaklah diperkenankan
bagi muslimin untuk mengambil bagian didalamnya, termasuk mengadakan acara yang
menunjukkan suka rianya pada even tersebut, atau membantu didalamnya – apapun
bentuknya – sebab hal ini telah melampaui batas-batas syari’ah Allah:
وَتِلْكَ
حُدُودُاللَّهِ وَمَن يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ
Itulah
hukum-hukum Allah dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka
sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. [ Surah
At-Thalaq ayat 1]
Jika kita
menambah-nambah Ied yang telah ditetapkan, sementara faktanya bahwa hari raya
ini merupakan hari raya orang kafir, maka yang demikian termasuk berdosa.
Disebabkan perayaan Ied tersebut meniru-niru (tasyabbuh) dengan perilaku
orang-orang kafir dan merupakan jenis Muwaalaat (Loyalitas) kepada mereka. Dan
Allah telah melarang untuk meniru-niru perilaku orang kafir tersebut dan termasuk
memiliki kecintaan, kesetiaan kepada mereka, yang termaktub dalam kitab Dzat
yang Maha Perkasa (Al Qur’an). Ini juga ketetapan dari Nabi (Shalallaahu `
Alaihi wa sallam) bahwa beliau bersabda : “Barangsiapa meniru suatu kaum, maka
dia termasuk dari kaum tersebut”.
Ied al-Hubb
(perayaan Valentine’s Day) datangnya dari kalangan apa yang telah disebutkan,
termasuk salah satu hari besar / hari libur dari kaum paganis Kristen.
Karenanya, diharamkan untuk siapapun dari kalangan muslimin, yang dia mengaku beriman
kepada Allah dan Hari Akhir, untuk mengambil bagian di dalamnya, termasuk
memberi ucapan selamat (kepada seseorang pada saat itu). Sebaliknya, adalah
wajib untuknya menjauhi dari perayaan tersebut – sebagai bentuk ketaatan pada
Allah dan Rasul-Nya, dan menjaga jarak dirinya dari kemarahan Allah dan
hukumanNya.
Lebih-lebih
lagi, hal itu terlarang untuk seorang muslim untuk membantu atau menolong dalam
perayaan ini, atau perayaan apapun juga yang termasuk terlarang, baik berupa
makanan atau minuman, jual atau beli, produksi, ucapan terima kasih,
surat-menyurat, pengumuman, dan lain lain. Semua hal ini dikaitkan sebagai
bentuk tolong-menolong dalam dosa serta pelanggaran, juga sebagai bentuk
pengingkaran atas Allah dan Rasulullah. Allaah, Dzat yang Maha Agung dan Maha
Tinggi, berfirman:
وَتَعَاوَنُواْ
عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. [Surah al-Maa.idah, Ayat 2]
Demikian
juga, termasuk kewajiban bagi tiap-tiap muslim untuk memegang teguh atas Al
Qur’an dan Sunnah dalam seluruh kondisi – terutama saat terjadi rayuan dan
godaan kejelekan. Maka semoga dia memahami dan sadar dari akibat turutnya dia
dalam barisan sesat tersebut yang Allah murka padanya (Yahudi) dan atas mereka
yang tersesat (Kristen), serta orang-orang yang mengikuti hawa nafsu diantara
mereka, yang tidak punya rasa takut – maupun harapan dan pahala – dari Allah,
dan atas siapa-siapa yang memberi perhatian sama sekali atas Islam.
Maka hal ini
sangat penting bagi muslim untuk bersegera kembali ke jalan Allah, yang Maha
Tinggi, mengharap dan memohon Hidayah Nya (Bimbingan) dan Tsabbat (Keteguhan)
atas jalanNya. Dan sungguh, tidak ada pemberi petunjuk kecuali Allaah, dan tak
seorangpun yang dapat menganugrahkan keteguhan kecuali dariNya.
Dan kepada
Allaah lah segala kesuksesan dan semgoa Allaah memberikan sholawat dan salam
atas Nabi kita ( Shalallaahu ` Alaihi wa sallam) beserta keluarganya dan
rekannya.
Lembaga
tetap pengkajian ilmiah dan riset fatwa
Ketua :
Syaikh ‘ Abdul ‘ Aziz Al Asy-Syaikh;
Wakil Ketua
: Syaikh Saalih ibn Fauzaan;
Anggota:
Syaikh ‘ Abdullaah ibn Ghudayyaan;
Anggota:
Syaikh Bakar Ibn ‘ Abdullaah Abu Zaid
(Fataawa
al-Lajnah ad-Daaimah lil-Buhuts al-’Ilmiyyah Wal-Iftaa.- Fatwa Nomor 21203.
Lembaga tetap pengkajian ilmiah dan riset fatwa Saudi Arabia)
Dinukil dari http://www.fatwa-online.com/fataawa/innovations/celebrations/cel003/0020123_1.htm.
Pertanyaan :
Bagaimana hukum merayakan hari Kasih Sayang / Valentine Day’s ?
Syaikh
Muhammad Sholih Al-Utsaimin menjawab :
“Merayakan
hari Valentine itu tidak boleh, karena:
Pertama: ia
merupakan hari raya bid‘ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari‘at
Islam.
Kedua: ia
dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang
sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) – semoga
Allah meridhai mereka. Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam
bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun
lainnya. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi
orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan. Semoga Allah melindungi
kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang
tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya.”
Maka adalah
wajib bagi setiap orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat untuk
melaksanakan wala’ dan bara’ ( loyalitas kepada muslimin dan berlepas diri dari
golongan kafir) yang merupakan dasar akidah yang dipegang oleh para salaf
shalih. Yaitu mencintai orang-orang mu’min dan membenci dan menyelisihi
(membedakan diri dengan) orang-orang kafir dalam ibadah dan perilaku.
Di antara
dampak buruk menyerupai mereka adalah: ikut mempopulerkan ritual-ritual mereka
sehingga terhapuslah nilai-nilai Islam. Dampak buruk lainnya, bahwa dengan
mengikuti mereka berarti memperbanyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti
agama mereka, padahal seorang muslim dalam setiap raka’at shalatnya membaca,
“Tunjukilah
kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan
nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan)
mereka yang sesat.” (Al-Fatihah:6-7)
Bagaimana
bisa ia memohon kepada Allah agar ditunjukkan kepadanya jalan orang-orang yang
mukmin dan dijauhkan darinya jalan golongan mereka yang sesat dan dimurkai,
namun ia sendiri malah menempuh jalan sesat itu dengan sukarela. Lain dari itu,
mengekornya kaum muslimin terhadap gaya hidup mereka akan membuat mereka senang
serta dapat melahirkan kecintaan dan keterikatan hati.
Allah
Subhannahu wa Ta’ala telah berfirman, yang artinya: “Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi
pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang
lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Al-Maidah:51)
“Kamu tidak
akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling
berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.”
(Al-Mujadilah: 22)
Ada seorang
gadis mengatakan, bahwa ia tidak mengikuti keyakinan mereka, hanya saja hari
Valentine tersebut secara khusus memberikan makna cinta dan suka citanya kepada
orang-orang yang memperingatinya.
Saudaraku!
Ini adalah suatu kelalaian, padahal sekali lagi: Perayaan ini adalah acara
ritual agama lain! Hadiah yang diberikan sebagai ungkapan cinta adalah sesuatu
yang baik, namun bila dikaitkan dengan pesta-pesta ritual agama lain dan
tradisi-tradisi Barat, akan mengakibatkan seseorang terobsesi oleh budaya dan
gaya hidup mereka.
Mengadakan
pesta pada hari tersebut bukanlah sesuatu yang sepele, tapi lebih mencerminkan
pengadopsian nilai-nilai Barat yang tidak memandang batasan normatif dalam
pergaulan antara pria dan wanita sehingga saat ini kita lihat struktur sosial
mereka menjadi porak-poranda.
Alhamdulillah,
kita mempunyai pengganti yang jauh lebih baik dari itu semua, sehingga kita
tidak perlu meniru dan menyerupai mereka. Di antaranya, bahwa dalam pandangan
kita, seorang ibu mempunyai kedudukan yang agung, kita bisa mempersembahkan
ketulusan dan cinta itu kepadanya dari waktu ke waktu, demikian pula untuk
ayah, saudara, suami …dst, tapi hal itu tidak kita lakukan khusus pada saat
yang dirayakan oleh orang-orang kafir.
Semoga Allah
Subhannahu wa Ta’ala senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan
dan kasih sayang yang tulus, yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam Surga
yang hamparannya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang
bertakwa.
Menyampaikan
Kebenaran adalah kewajiban setiap Muslim. Kesempatan kita saat ini untuk
berdakwah adalah dengan menyampaikan buletin ini kepada saudara-saudara kita
yang belum mengetahuinya.
Semoga Allah
Ta’ala Membalas ‘Amal Ibadah Kita.
——————————————————
Penjelasan
Tambahan :
Beberapa
versi sebab-musabab dirayakannya hari Kasih sayang ini, dalam The World Book
Encyclopedia (1998) melukiskan banyaknya versi mengenai Valentine’s Day.
1. Perayaan
Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18
Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish
love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama –nama gadis di
dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang
namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan
obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia
dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit
binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan
membuat mereka menjadi lebih subur.
Ketika agama
Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya
dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama
Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus
Gregory I (lihat: The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar
lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I
menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama
Saint Valentine’s Day untuk menghormati St Valentine yang kebetulan mati pada
14 Februari (lihat: The World Book Encyclopedia 1998).
The Catholic
Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine
yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati
pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St.
Valentine” termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui
ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
Menurut
versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St.
Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah
tuhan-tuhan orang Romawi. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan.
Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya
di terali penjaranya.
Versi kedua
menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih
tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada orang yang menikah. Kaisar lalu
melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan
diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung
pada 14 Februari 269 M (lihat: The World Book Encyclopedia, 1998).
Kebiasaan
mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan St.
Valentine. Pada 1415 M ketika the Duke of Orleans dipenjara di Tower of London,
pada perayaan hari gereja mengenang St.Valentine 14 Februari, ia mengirim puisi
kepada istrinya di Perancis. Kemudian Geoffrey Chaucer, penyair Inggris
mengkaitkannya dengan musim kawin burung dalam puisinya (lihat: The
Encyclopedia Britannica, Vol.12 hal.242 , The World Book Encyclopedia, 1998).
Lalu bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” Ken Sweiger dalam artikel
“Should Biblical Christians Observe It?” (www.korrnet.org) mengatakan kata “Valentine”
berasal dari Latin yang berarti : “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang
Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi.
Maka disadari atau tidak, -tulis Ken Sweiger- jika kita meminta orang menjadi
“to be my Valentine”, hal itu berarti melakukan perbuatan yang dimurkai Tuhan
(karena memintanya menjadi “Sang Maha Kuasa”) dan menghidupkan budaya pemujaan
kepada berhala. Dalam Islam hal ini disebut Syirik, yang artinya menyekutukan
Allah Subhannahu wa Ta’ala. Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi
bersayap dengan panah adalah putra Nimrod “the hunter” dewa Matahari. Disebut
tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan
ibunya sendiri! . Layaknya seorang muslim segera bertaubat mengucap istighfar,
“Astaghfirullah”, wa naudzubillahi min dzalik.
Penutup
Itulah
sebagian kerusakan yang ada di hari valentine, mulai dari paganisme,
kesyirikan, ritual Nashrani, perzinaan dan pemborosan. Sebenarnya, cinta dan
kasih sayang yang diagung-agungkan di hari tersebut adalah sesuatu yang semu
yang akan merusak akhlak dan norma-norma agama. Perlu diketahui pula bahwa
Valentine’s Day bukan hanya diingkari oleh pemuka Islam melainkan juga oleh
agama lainnya. Sebagaimana berita yang kami peroleh dari internet bahwa hari
Valentine juga diingkari di India yang mayoritas penduduknya beragama Hindu.
Alasannya, karena hari valentine dapat merusak tatanan nilai dan norma
kehidupan bermasyarakat. Kami katakan: “Hanya orang yang tertutup hatinya dan
mempertuhankan hawa nafsu saja yang enggan menerima kebenaran.”
Oleh karena
itu, kami ingatkan agar kaum muslimin tidak ikut-ikutan merayakan hari
Valentine, tidak boleh mengucapkan selamat hari Valentine, juga tidak boleh
membantu menyemarakkan acara ini dengan jual beli, mengirim kartu, mencetak,
dan mensponsori acara tersebut karena ini termasuk tolong menolong dalam dosa
dan kemaksiatan. Ingatlah, Setiap orang haruslah takut pada kemurkaan Allah Ta’ala.
Semoga tulisan ini dapat tersebar pada kaum muslimin yang lainnya yang belum
mengetahui. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada kita semua.
Alhamdulillahilladzi
bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shollallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa
‘ala alihi wa shohbihi wa sallam